Nutrisantara

Home » Berapa Berat Badan yang Ideal?
berapa berat badan ideal - nutrisantara

Berapa Berat Badan yang Ideal?

Berapa angka yang ideal untuk berat badan? 

Berbagai studi sudah dilakukan untuk menjawab pertanyaan IBW atau Ideal Body Weight, dan banyak pula jawaban dan formulanya. 

Sebelumnya, mari kita jawab dulu apa definisi dari ideal body weight itu sendiri.

Ideal Body Weight (IBW)

Ideal Body Weight didefinisikan sebagai berat badan dimana risiko kematian paling seseorang paling rendah

Konsep IBW pertama kali diciptakan oleh seorang dokter dan antropolog asal Prancis bernama Paul Broca. 

Menariknya, data yang digunakan oleh Broca untuk mendefinisikan ideal body weight sumbernya datang dari data pemegang asuransi dari tahun 1885 hingga 1908. Fungsinya, sebagai tolak ukur praktis bagi perusahaan asuransi untuk menentukan apakah seorang individu dalam kondisi relatif sehat.

Broca Formula

FYI aja, berikut cara menghitung BI (Broca Index).

Tinggi (cm) – 100 = berat badan ideal kamu (kg)

Tapi lama-lama formula ini dikembangkan, menjadi formula sebagai berikut:

Berat badan ideal laki-laki  = (Tinggi dalam cm – 100) – (Tinggi dalam cm – 100) x 10%

Berat badan ideal perempuan = (Tinggi dalam cm  – 100) + (Tinggi dalam cm  – 100) x 15%

Sebagai contoh, jika rata-rata tinggi orang indonesia adalah di sekitar 165cm, maka berat badan yang ideal untuk laki-laki adalah 65kg, sedangkan untuk perempuan adalah 74.8kg.

Nah, satu lagi rumus yang seringkali muncul menjadi jawaban dari berat badan ideal adalah BMI atau Body Mass Index. 

BMI (Body Mass Index)

Formula BMI ini diciptakan oleh astronom dan ahli statistik dari Belgia bernama Lambert Adolphe Jacque Quetelet (1796-1874).

Formulanya sebagai berikut:

BMI = Berat dalam kg / (tinggi dalam m²)

Interpretasi hasil:

  • Dibawah 18.5 Berat badan kurang
  • 18.5- 25 berat ideal
  • 25 – 30 Berat badan lebih
  • Diatas 30 Obesitas

Walau bisa menjadi data point yang cukup sederhana untuk mencari tahu apakah berat badan seseorang sehat atau tidak, BMI sering dikritik karena dianggap sebagai barometer yang tidak lengkap. 

BMI yang ideal tidak selalu mencerminkan tingkat kesehatan seorang individu. Karena BMI tidak mem-faktorkan tiga hal berikut ini. 

Komponen Utama Berat Badan

Pada dasarnya, komponen utama berat tubuh seseorang terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Lemak Tubuh (Body Fat)

Ini mencakup jumlah lemak yang ada dalam tubuh. Lemak tubuh berfungsi sebagai sumber energi cadangan dan juga memiliki peran dalam menjaga suhu tubuh, pembuatan hormon reproduksi manusia, melindungi organ dalam, dan berbagai fungsi biologis lainnya.

2. Masa Otot (Muscle Mass)

Ini adalah jumlah massa otot dalam tubuh. Otot adalah jaringan aktif yang berkontraksi untuk menghasilkan gerakan dan memberikan dukungan struktural untuk tubuh. 

Massa otot juga berperan dalam metabolisme karena otot memerlukan energi lebih banyak untuk diproses daripada lemak, sehingga meningkatkan laju metabolisme basal.

3. Masa Tulang (Bone Mass)

Ini adalah masa jaringan tulang dalam tubuh. Tulang adalah kerangka tubuh yang memberikan struktur dan dukungan serta melindungi organ-organ vital. Selain itu, tulang juga berperan sebagai penyimpanan mineral seperti kalsium dan fosfor.

Perhitungan BMI memukul rata ketiga komponen berat badan di atas, tanpa memperhitungkan komposisi lemak vs otot.

Artinya, seorang atlet dengan massa otot yang tinggi namun massa lemak yang rendah bisa saja dianggap obesitas atau diatas berat badan ideal menurut perhitungan BMI. 

Menurut perhitungan BMI, pebasket LeBron James dengan tinggi 206 cm dan berat badan 113kg (BMI 26.6) masuk ke kategori berat badan lebih. hmmm……..

Baca juga: Wajib Tau, Perbedaan Antara Fat Loss dan Weight Loss

Tolak Ukur Berat Badan Ideal yang Lebih Baik: Waist-to-Hip Ratio

Mengacu dari definisi IBW kalau IBW adalah berat badan dimana seseorang memiliki resiko kematian terendah, maka menurut riset tolak ukur untuk berat badan ideal yang lebih baik daripada BMI adalah waist-to-hip ratio atau rasio ukuran keliling pinggang dan pinggul.

Waist-to-hip ratio dianggap menjadi barometer berat badan ideal yang lebih baik karena cara ini mengukur faktor seperti visceral fat yang memang berkorelasi dengan resiko diabetes, hipertensi, sakit jantung, dan kanker. 

Untuk laki-laki dan perempuan, rasio waist-to-hip yang ideal adalah 1 kebawah. Diatas angka itu, seseorang akan lebih beresiko mengidap penyakit yang berkaitan dengan obesitas.

Tentunya ada banyak downside dari cara mengukur ini juga. Waist to hip ratio bisa berubah bergantung dari tinggi seseorang. 

Lagi-lagi, kami anjurkan untuk jangan terlalu terpatok dengan metric-metric diatas. Sebaiknya data poin di atas, seperti dengan angka di timbangan, dijadikan sebagai patokan kasar. 

Terlebih dari hanya ingin menurunkan berat badan, kami anjurkan untuk menjaga pola makan dan hidup yang relatif sehat. 

Scroll to Top