Nutrisantara

Home » Nutrisi » Sisi Gelap Obsesi Clean Eating: Orthorexia Nervosa
bahaya clean eating
Home » Nutrisi » Sisi Gelap Obsesi Clean Eating: Orthorexia Nervosa

Sisi Gelap Obsesi Clean Eating: Orthorexia Nervosa

Mungkin kamu sudah pernah mendengar istilah “clean eating” di media sosial sebelumnya, terutama dari influencer di bidang fitness.

Pada dasarnya, clean eating mengacu pada pola makan yang berfokus pada makanan segar, alami, dan minim pengolahan. 

Konsep ini terdengar sangat positif, tapi, apakah benar sesederhana itu? Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu clean eating dan mengapa konsep ini bisa menjadi problematik bagi kesehatan mental dan fisik kamu.

Baca juga: Berapa Berat Badan yang Ideal?

Apa Itu Clean Eating?

Secara umum, clean eating berarti memilih makanan yang minim proses. Seseorang yang menjalankan “clean eating” akan memilih makanan seperti buah-buahan, sayuran, protein rendah lemak, biji-bijian utuh, dan menghindari makanan olahan, gula tambahan, atau bahan-bahan buatan. 

Tentu ini pola makan yang sehat yang selalu kami tekankan pula di Nutrisantara.

Tetapi, penting untuk kita pahami sisi gelapnya ketika kita terlalu terobsesi dengan clean eating. Mari kita bahas lebih lanjut. 

Apa itu Orthorexia Nervosa?

Terlalu terobsesi dengan clean eating bisa berkembang menjadi gangguan makan yang disebut orthorexia nervosa. 

Orthorexia adalah pola pikir yang obsesif terhadap makanan dan hanya akan memakan sesuatu bila mereka menganggap makanan itu “sehat”. Mereka merasa bersalah secara berlebihan bila mereka mengonsumsi sesuatu yang mereka anggap “tidak sehat”.

Orthorexia nervosa belum diakui sebagai gangguan makan resmi dalam DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders). Namun, orthorexia nervosa sudah dikenali di kalangan medis dan psikologis.

Dampak Sosial Orthorexia Nervosa 

Orthorexia tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental, tetapi juga kualitas hidup kamu. 

Misalnya, karena kamu terlalu terobsesi menjaga makanan, kamu jadi mengisolasi diri dan tidak pergi ke acara bersama teman dan keluarga, karena kamu pikir makanan yang disajikan tidak sesuai dengan standar “clean eating” kamu. 

Kamu merasa kesal dengan pasangan/keluarga karena mereka membawa pulang makanan yang tidak sesuai dengan standar “clean eating” kamu.

Dampak Fisik Orthorexia Nervosa

Seseorang dengan obsesi “clean eating” mungkin terlihat “sehat” dari luar. Mungkin body fat percentage mereka sangat rendah dan badan mereka terlihat seperti atlet. Padahal, kadar lemak yang terlalu rendah bisa berbahaya bagi tubuh, terutama wanita.

Asupan nutrisi yang tidak seimbang dan malnutrisi (kekurangan lelmak sehat) bisa mengganggu hormon dan siklus menstruasi pada wanita.

Dampak Mental Orthorexia Nervosa

Malnutrisi dari clean eating akibat kurangnya karbohidrat atau lemak dapat berdampak negatif pada kemampuan kognitif kita. Salah satu gejala paling umum adalah merasakan “brain fog” atau kesulitan berkonsentrasi dan tidak bisa fokus. 

Selain itu rasa stress dan bersalah yang berlebihan juga pastinya sangat melelahkan.

Hati-hati dengan Media Sosial

Media sosial memiliki peran besar dalam membentuk persepsi kita mengenai “makanan sehat” dan tubuh ideal. 

Namun perlu kamu catat, postingan #detox #superfood #healthylifestyle ini seringkali tidak realistis. Perhatikan pula ketika postingan media sosial tersebut menggunakan kata-kata yang cukup provokatif seperti “toxin”, “beracun”, “bikin gemuk”.

Perlu diingat, tubuh ideal yang kamu lihat dari influencer-influencer ini kemungkinan besar adalah efek dari lighting, angle, hingga efek pump setelah angkat beban. Tubuh yang sangat rendah lemak, belum tentu sehat.

Kedua, tubuh setiap orang berbeda. Ada pengaruh genetik, jenis kelamin, umur. Apa yang cocok buat influencer ini belum tentu cocok untuk kamu. Standarnya pun sudah berbeda, mungkin saja mereka memang diberkati dengan genetik yang bagus. 

Maka dari itu, dewasa ini semakin penting untuk mengonsumsi konten media sosial dengan pikiran kritis. Dan yang paling penting, jangan suka membandingkan diri dengan influencer dan postingan teman-teman kamu yang lain di media sosial. 

Mengubah Cara Pandang Kamu Terhadap Makanan

Hidup Nggak Hanya Soal Timbangan Badan

Hidup yang “sehat” merupakan hidup yang sehat tidak hanya dalam aspek kebugaran yang diukur dari timbangan dan body fat percentage, tetapi juga sehat secara holistik. Aspek lainnya seperti kesehatan mental, kognitif, dan sosial merupakan aspek penting yang harus kamu perhatikan.

Bila kamu menginginkan lemak yang rendah sampai vitalitas dan hormon kamu terganggu, apakah masih bisa dikatakan bahwa kamu sehat secara fisik? Bila kamu selalu menolak acara seperti bukber dengan rekan kantor, acara ulang tahun keluarga, kumpul-kumpul dengan teman, dengan alasan makanannya tidak sesuai dengan standar kamu, apakah masih bisa dikatakan bahwa hidup kamu “sehat”?

Maka janganlah terlalu terpatok dengan angka di timbangan. 

Cari Pola Makan yang bisa kamu lakukan secara konsisten

Diet kamu tidak harus sempurna, tetapi yang penting realistis. Kamu harus menemukan pola makan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh kamu, dan yang sesuai dengan jadwal kesibukan kamu. 

Karena realitanya, kita semua pasti memiliki kesibukan hidup yang tidak bisa diganggu gugat. 

Mungkin kamu adalah orang tua dengan 2 anak yang pagi hingga malam di kantor. Secara realistis, kamu tidak akan memiliki waktu sebanyak si influencer yang bisa meal prep setiap minggu. 

Dalam konteks ini, membuat pilihan nutrisi yang “lebih baik” secara konsisten, akan memberikan kamu hasil yang lebih pasti daripada terlalu terobsesi untuk selalu makan dengan sempurna. 

Pilihan-pilihan yang “lebih baik” ini harus kamu lakukan secara konsisten. Misalnya, mungkin kamu mengganti cemilan manis ultra proses setiap sore dengan buah-buahan.

Atau misalnya dengan makan lebih banyak sayuran atau protein di setiap makanan kamu. 

Lakukan sesuatu yang tidak terlalu susah, bisa dilakukan setiap hari secara konsisten. Dan perhatikanlah efeknya pada tubuh kamu. 

Baca juga: Cara Menurunkan Berat Badan Tanpa Diet

Clean eating mungkin dimulai sebagai ide baik, tetapi terlalu terobsesi dengan konsep ini bisa membawa dampak negatif bagi kesehatan fisik, mental, dan hubungan sosial kamu. 

Bila kamu merasa kamu mengidap orthorexia nervosa dimana kamu merasa kualitas hidup dan sosial kamu sudah terganggu, kami anjurkan untuk konsultasikan dengan psikolog.

Ingatlah bahwa pola makan yang sehat adalah pola makan yang bisa kamu jalani dengan konsisten tanpa merasa tertekan.

Hidup bukan hanya tentang apa yang kamu makan, tapi juga tentang bagaimana kamu menikmatinya.

Scroll to Top